Sunday, June 1, 2008

Zaini

ADA banyak musabab orang menjadi gila. Ada banyak bentuk kegilaan. Dan banyak cara pula orang berbuat gila. Majnun menjadi gila karena cinta terhadap Laila. Pada mulanya, cinta kedua anak muda itu tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Masalah muncul saat cinta mereka diketahui orang tua. Laila dikurung oleh keluarganya agar tak keluar rumah ke mana pun sedetik pun. Dan Majnun perlahan-lahan menjadi gila.
Orang gila, atau kegilaan, memang menjadi objek menarik dalam pelbagai khazanah, termasuk dalam sastra. Mungkin Nazami Gandavi dari Persia, pengarang kisah Laila Majnun, bukan yang pertama. Dan jelas bukan yang terakhir. Nikolai Gogol dari Rusia dan Lu Hsun dari Cina sama-sama menulis kisah dengan judul Buku Harian Seorang Gila. Muhammad Ali dari Surabaya pun pernah menulis kisah Si Gila.
Majnun dan lain-lain gila karena berbeda dengan orang kebanyakan. Ahmad Zaini pun (dianggap) gila karena berbeda. Namun kegilaan Ahmad Zaini dan Majnun sangatlah berbeda. Ahmad Zaini juga bukan bagian dari fiksi, melainkan kisah nyata.
Sebagaimana umumnya orang gila, yakni menimbulkan kegemparan, meskipun kadang sesaat saja, Ahmad Zaini pun menimbulkan kegemparan. Ahmad Zaini mengaku memiliki kekayaan 18 ribu triliun rupiah. Ia mengaku memiliki harta tersebut sebagai warisan dari orang tuanya, Suparta, yang mempunyai kolateral emas yang disimpan di sejumlah bank di AS, Cina, dan Eropa. Dana itu, kata Zaini, baru diketahui 1.000 hari setelah kematian orang tuanya. Ratusan pengusaha, bankir, dan pejabat pemerintah pun memenuhi Villa Istana Bunga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (29/5). Mereka menunggu kepastian dana belasan triliun yang dikatakan akan dikucurkan untuk membiayai proyek ratusan miliar.
Delapan belas ribu triliun tentu saja angka fantastis. Seribu triliun adalah angka satu dengan lima belas nol di belakangnya. Berapa banyak? Kalau semua kekayaan itu dibelikan emas, dengan harga katakanlah 250 ribu rupiah per gram, maka emas yang akan diperoleh adalah 72.000 ton. Kalau semua kekayaan itu berupa tumpukan uang kertas seratus ribu rupiah, dan dengan asumsi uang sepuluh juta membentuk ketebalan 1 sentimeter, maka uang sebanyak 18 ribu triliun akan membentuk tumpukan setinggi 18 ribu kilometer, atau hampir separuh keliling planet Bumi.
Bagaimana kalau kalau uang 18 ribu triliun rupiah itu dibagikan kepada semua orang Indonesia secara sama rata? Maka masing-masing akan menerima lebih dari 80 juta rupiah.
Masuk akalkah? Kalau tidak masuk akal, kita akan menyebut orang yang mengklaim memiliki kekayaan demikian itu gila. Orang terkaya di dunia, Bill Gates, pun ditaksir memiliki kekayaan "hanya" 58 miliar dolar AS (sekitar Rp 500 triliun), hanya satu per tiga puluh enam "kekayaan" Ahmad Zaini.
Polisi sudah menduga bahwa Ahmad Zaini gila dan apa yang diklaimnya adalah penipuan. Kalangan pengamat menilai bahwa bangsa Indonesia tengah dilanda kebingungan. Namun, apa pun yang terjadi, Indonesia memang negeri yang aneh. Jangan-jangan, karena aneh itulah kemunculan orang-orang gila menjadi tidak aneh. Kalau semua orang menjadi gila, maka orang waras akan dianggap gila. Tempo hari, sempat heboh soal harta karun Bung Karno. Pernah ditulis, sang Proklamator disebut-sebut mempunyai harta karun berupa batangan emas/platina senilai Rp 36 triliun. Ada yang bilang harta itu adalah pampasan perang, tapi ada juga yang bilang kekayaan itu titipan dari Chiang Kai Sek, pemimpin Cina pada waktu itu. Sampai-sampai, kabarnya, Presiden (waktu itu) Soeharto membentuk tim "Mission Impossible" untuk menelusuri keberadaan harta tersebut.
Seperti kisah-kisah tentang orang gila, kisah-kisah tentang harta karun pun sangat menarik. King Solomon's Mines, National Treasure, dan serial Indiana Jones hanyalah beberapa judul film Hollywood (sebelumnya berbentuk buku) yang terkenal. Di Indonesia, ES Ito menerbitkan sebuah novel yang hebat, Rahasia Meede (Misteri Harta Karun VOC).
Qorun, yang di Indonesia berubah menjadi karun, pun menjadi sebuah contoh kisah menarik dalam Alquran untuk menjadi peringatan bagi manusia. Bermula dari pengikut setia, Qorun kemudian menjadi penentang Musa setelah meraih kekayaan yang melimpah. Konon kekayaannya tak bisa diukur karena kunci-kunci gudang kekayaannya tak bisa dipikul seorang lelaki kuat mana pun.
Satu hal, kalau kekayaan Ahmad Zaini benar, tak ada yg bisa mengalahkan kekayaannya, termasuk Qorun. Mungkin kecuali satu, yakni tokoh fiksi yang digemari (sekaligus dibenci) anak-anak: Paman Gober.