Thursday, January 24, 2008

Alya

Ketika aku berangkat ke Bandung, minggu lalu, si kecilku, Alya, tampak loyo. Tubuhnya panas dan ia mengaku pusing. Masih terbayang saat aku naik ojek untuk menuju terminal, ia seperti biasa tetap melambaikan tangan, tapi dengan sorot mata yang sendu dan hanya sedikit senyum di bibir.
Beberapa hari ia lebih banyak terbaring di tempat tidur. Selain panas, dia juga batuk-batuk. Sedih rasanya tidak mendampingi dia ketika sakit. Namun dia tak mau bolos sekolah. Pada hari pertama sekolah, Senin lalu, dia masuk untuk kemudian dibubarkan pukul sembilan. Emang becak baru menjemput pukul 10, dan Alya harua menunggu di depan rumah orang sambil jongkok karena tak ada tempat duduk dan cuaca panas. Itu mungkin sebabnya tubuhnya panas lagi. Siangnya dia lebih banyak tidur. Beberapa hari dia makan sedikit. Berat badannya turun. "Jadi kelihatan tinggi," kata ibunya.
Hari ini, di telepon, Alya sudah terdengar ceria.
"Tadi apa pelajarannya?" tanyaku.
"Hanya IPA. Alya ga ikut olahraga."
"Bilang sendiri sama Bu Gurunya?"
"Iya. Bu Guru, Alya ga ikut olahraga ya, masih sakit."
Ada sesuatu yang menyesaki tenggorokanku. "Alya rangking pertama kan di sekolah?"
"Iya," jawabnya.
"Dapat hadiah nggak?"
"Dapat."
"Dari Bu Guru?"
"Bukan, dari Bapak."
Aku tertawa. "Emang mau hadiah apa?"
"Bawa bronis ya, kayak yang kemarin. Tiramisu."
"Iya, nanti dibawain."
Entah sampai kapan aku harus berjauhan dengan orang-orang tercintaku.

No comments: